Bola.com, Jakarta - Ada kemiripan menarik antara Cape Verde dengan Timnas Indonesia dalam perjalanan menuju ke Piala Dunia 2026. Kedua negara sama-sama mengandalkan pemain diaspora atau yang berkarier di luar negeri.
Namun, hasil akhirnya berbanding terbalik. Cape Verde berhasil menorehkan sejarah dengan meraih tiket ke Piala Dunia untuk pertama kalinya, sementara Timnas Indonesia harus kembali menelan kekecewaan.
Cape Verde memastikan langkah gemilangnya ke putaran final Piala Dunia 2026 setelah tampil impresif di Kualifikasi Zona Afrika (CAF). Tim yang dijuluki The Blue Sharks itu memastikan status pemuncak Grup D, setelah menundukkan Eswatini 3-0 di Estadio Nacional de Cabo Verde, Senin (13/10/2025).
Mereka berhasil mendulang 23 poin, unggul angka empat atas tim kuat Afrika, Kamerun, yang menghuni tempat kedua. Kemenangan itu sekaligus menandai debut bersejarah Cape Verde di Piala Dunia, sebuah pencapaian luar biasa bagi negara kepulauan kecil di Samudra Atlantik yang berpopulasi 525 ribu jiwa.
Keberhasilan Cape Verde tidak lepas dari tangan dingin Bubista, legenda sepak bola mereka yang mulai menukangi tim nasional sejak Januari 2020. Dalam lima tahun kepemimpinannya, Bubista berhasil membangun tim yang kompak, disiplin, dan punya karakter kuat meski seluruh pemainnya tersebar di berbagai klub luar negeri.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Diaspora Jadi Kekuatan Utama
Menariknya, seluruh pemain Timnas Cape Verde berkarier di klub-klub luar negeri. Beberapa di antaranya bahkan tampil di kompetisi top Eropa dan Amerika.
Nama-nama seperti Jamiro Monteiro (PEC Zwolle/Belanda), Steven Moreira (Columbus Crew/Amerika Serikat), Ryan Mendes (Kocaelispor/Turki), Nuno da Costa (Istanbul Basaksehir/Turki), hingga Dailon Livramento (Casa Pisa/Portugal) menjadi tulang punggung tim.
Kondisi ini mengingatkan pada Timnas Indonesia, yang juga bertumpu pada pemain diaspora. Dari 23 pemain yang tampil pada putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, 14 di antaranya merupakan pemain berdarah Indonesia yang berkarier di luar negeri.
Beberapa nama yang menjadi sorotan antara lain Maarten Paes (FC Dallas/Amerika Serikat), Kevin Diks (Borussia Monchengladbach/Jerman), Jay Idzes (Sassuolo/Italia), Calvin Verdonk (Lille/Prancis), Miliano Jonathans (FC Utrecht/Belanda), dan Ole Romeny (Oxford United/Inggris).
Nasib Berbeda di Akhir Cerita
Sayangnya, nasib Timnas Indonesia jauh berbeda dengan Cape Verde. Dalam dua laga putaran keempat Grup B Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, Tim Garuda menelan dua kekalahan beruntun, yakni dengan skor 2-3 dari Arab Saudi dan 0-1 dari Irak.
Hasil itu membuat Indonesia harus puas berada di dasar Grup B dengan nol poin, sekaligus mengubur impian tampil di Piala Dunia untuk pertama kalinya.
Padahal, Indonesia sejatinya sempat berada di jalur positif di bawah asuhan Shin Tae-yong. Pelatih asal Korea Selatan itu memoles skuad Garuda sejak 1 Januari 2020, membangun fondasi yang kuat dengan pemain-pemain muda dan diaspora.
Pelatih asal Korea Selatan itu berhasil membawa Timnas Indonesia lolos ke putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia dan mendongkrak ranking FIFA dari posisi ke-173 menjadi peringkat 118.
Namun, kerja keras itu terhenti ketika PSSI memutuskan memecat STY pada 6 Januari 2025, lalu menunjuk Patrick Kluivert sebagai penggantinya.
Di sisi lain, Cape Verde justru menikmati hasil dari kesabaran dan kontinuitas mereka bersama Bubista. Lima tahun kerja sama yang konsisten berbuah manis, Cape Verde menorehkan sejarah tampil di Piala Dunia untuk pertama kalinya.
Pelajaran Bagi Timnas Indonesia
Kisah Cape Verde seakan menjadi pelajaran berharga bagi Timnas Indonesia. Keduanya sama-sama bertransformasi dengan mengandalkan talenta diaspora. Namun, perbedaan terbesar terletak pada stabilitas kepelatihan dan arah pembangunan jangka panjang.
Cape Verde membuktikan kesabaran, kepercayaan terhadap pelatih, dan komitmen terhadap proyek sepak bola yang konsisten bisa menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Bahkan untuk negara kecil yang dulu tak pernah diperhitungkan.
Pada masa depan, pemangku kepentingan sepak bola Indonesia bisa belajar dari kisah keberhasilan Cape Verde. Karena sepak bola bukan hanya soal hasil instan, tetapi juga membangun fondasi kuat dan memberi waktu agar proyek besar dapat benar-benar matang.